[Traveling] Nepal, Negara Para Dewa

Ketika akhirnya kaki menjejakkan langkahnya di tempat yang sudah menjadi mimpi sejak lama, maka kata-kata tak lagi banyak bermakna.

Resapi. Rasakan. Setiap jengkalnya. Dengan hati.

Meski pun kenyataan yang dialami tidaklah seindah bayangan yang mengendap selama berpuluh tahun, namun hal itu menjadi tak penting lagi. Perjalanan ke Nepal tetaplah sebuah perjalanan penuh romantisme. Dengan sentuhan spiritualisme. 🙂 Saya tidak akan cerita detail, ya, karena pasti membosankan. Silakan nikmati saja sebagian foto-fotonya. Foto-foto perjalanan saya lainnya bisa dilihat di http://www.instagram.com/brilyan. Enjoy!

Bau dupa menguar setiap pagi. Patung, gua, pohon. Love.
Bau dupa menguar setiap pagi. Patung, gua, pohon. Love.

Nepal. Sebuah negara para dewa. Dikelilingi Himalaya, dipenuhi doa-doa dan bau dupa.

Anak-anak. Mata dunia.
Anak-anak. Mata dunia.

Anak-anak. Permata kehidupan. Di mana pun. Bahkan di sebuah negara yang termasuk nomor 3 termiskin di dunia ini, anak-anak senantiasa memancarkan harapan

Sumurnya kering, tapi wajah tetap ceria. Love.
Sumurnya kering, tapi wajah tetap ceria. Love.

Di bulan April, Nepal mulai masuk musim panas yang kering. Air menjadi barang langka di sini. Seorang ibu dengan wajah riang menunjukkan sebuah sumur tempat dia mengambil air pada suatu pagi di Bhaktapur.

 

Perempuan. Tulang punggung kehidupan.
Perempuan. Tulang punggung kehidupan.

Warna-warni ceria menjadi ciri negara ini. Oranye dan merah ada di mana-mana. Juga di sesajen dan baju serta aksesori para perempuan. Guratan kehidupan keras di tanah nan gersang tertoreh jelas di wajah para perempuan Nepal. Dah, oh, ya….rokok! Mungkin karena hawa nan menusuk tulang saat musim dingin, rokok sangat akrab bagi masyarakat Nepal. Laki maupun perempuan.

Kuliner...kulineeer.
Kuliner…kulineeer.

Belum ke Nepal kalau belum makan mo:mo (iya, nulisnya begitu). Semacam dumpling atau siomay, dengan kulit agak keras. Isinya daging kambing, kerbau atau sayuran. Dinikmati dengan cocolan kari. Minuman yang kondang sangat di Nepal adalah masala milk tea. Teh susu berempah. Ciamik banget dinikmati di tepi danau Pokhara yang dingin, atau di kafe di tengah Durbar Square Bhaktapur yang penuh bangunan bersejarah berusia ratusan tahun.

Foto bawah kanan: lelaki menggoreng kudapan khas Nepal. Rasanya mirip tepung diberi gula, lalu digoreng. Kriuk-kriuk. Mereka menikmatinya buat sarapan.

Salah satu mimpi tercapai. Motret sadhu. Bahkan duduk sebelahan. Mereka mau aja disuruh "meditation pose".
Salah satu mimpi tercapai. Motret sadhu. Bahkan duduk sebelahan. Mereka mau aja disuruh “meditation pose”.

Salah satu yang membuat saya tertarik sekali ke Nepal, adalah para sadhu. Para pertapa Hindu yang melepas kehidupan duniawi ini bisa ditemui di sudut-sudut daerah penjuru Nepal. Sayangnya, bagi orang awam sulit mengenali mana sadhu asli, mana yang pengemis menyamar jadi sadhu. Turis suka sekali berfoto bersama mereka. Beberapa sadhu (yang asli dan yang KW), tak segan meminta uang kepada para turis yang ingin mengambil gambar. Tidak mahal, kok. Kalau memang sangat ingin mengambil foto mereka, meninggalkan beberapa Nepali Rupee tidaklah rugi.

Here we are. :)
Here we are. 🙂

Naaah….inilah kami. Empat perempuan petualang yang selama seminggu malang melintang di Nepal. Hehe.Total kami keliling ke kota-kota Bhaktapur, Kathmandu, Chitwan, Pokhara, Kathmandu, balik Bhaktapur lagi. Bhaktapur yang belakangan ini ide dadakan, karena kami jatuh cinta pada kota kecil berusia ratusan tahun ini. 🙂

 

3 thoughts on “[Traveling] Nepal, Negara Para Dewa

  1. bhellabhello says:

    Hai mb Brilyan. Salam kenal! B) foto2-nya menarik banget. Paling suka gmn mb nge-capture ekspresi anak2-nya. Nepal ini merupakan salah satu negara di bucket list aku 🙂

  2. brilyan says:

    Hi bhellabhello: thank you! Semoga bucket list yang ini segera terealisir, ya.

    Yudhi puspa tia: salam kenal juga! ayo, ke nepal! hihihi

Leave a comment